Mengkonsumsi buah setiap hari sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Konsumsi buah telah menjadi gaya hidup orang kebanyakan. Ada dua jenis
buah yakni buah lokal dan buah impor. Meski buah impor terlihat lebih
segar akan tetapi buah kiriman dari luar negeri ini ditenggarai
mengandung bahan pengawet seperti formalin.
Formalin cenderung rentan terkandung pada buah-buah impor seperti apel,
jeruk, pear, dan anggur. Mengingat proses pengiriman dari negara asal
menuju Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga begitu buah
tiba di tanah air kondisi sudah tak lagi segar. Untuk menjaga kesegaran
itulah, buah-buah tersebut diberi formalin.
Eyon, 64, pedagang buah di Pasar Senen, Jakpus mengaku tak tak paham
dengan proses pengawetan pada buah. “Yang saya jual adalah buah lokal,
jadi gak perlu bahan pengawet buah dijamin masih segar sampai ke tangan
pembeli,” tutur kakek 15 cucu yang sudah berdagang sejak tahun 70 an
ini.
Dia mengatakan, buah lokal agak cepat busuk dibanding buah impor. “Tapi
karena sudah ada pelanggan tetap, dagangan saya cepat habis,” katanya.
“Buah lokal lebih sehat.”
DARI AMERIKA
Edi Susanto, Store Manager Toko Buah ‘Total Buah Segar’ di Jalan Danau
Sunter Utara, Tanjung Priok, tak menampik kalau buah-buah impor yang
beredar di Tanah Air banyak mengandung bahan pengawet jenis formalin. “Biasanya buah yang rentan formalin itu buah impor dari USA (Amerika Serikat) dan China seperti apel, anggur, jeruk, dan pear,” katanya saat ditemui Pos Kota, Sabtu (28/1).
Kendati demikian, Edi meyakinkan di toko tempatnya bekerja tidak
mentolerir adanya buah impor yang mengandung formalin. “Untuk tetap
menjaga kesegaran buah, kita selalu memasukkan ke dalam Freezer (ruangan
pendingin khusus),” ucapnya.
Edi menambahkan, untuk melihat apakah buah itu mengandung formalin atau tidak, bisa dilihat dari ciri pada buah. “Biasanya buah yang mengandung formalin itu warnanya keputihan dan sedikit licin,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan Badan Karantina
Kementerian Pertanian, Arifin Tasrif mengeluarkan pernyataan
mengejutkan. “ Buah impor mengandung formalin. Indonesia menjadi keranjang sampah, “ katanya.
Menurut Arifin, buah impor yang tidak layak konsumsi akibat kandungan
bahan kimia berbahaya membanjiri pasar dalam negeri. Sekitar 800 ribu
ton buah yang tidak laku di negara lain dengan leluasa masuk ke
Indonesia melalui jalur resmi maupun jalur tidak resmi.
“Tahun lalu, kami menolak masuk sekitar 1000 ton buah impor karena
mengandung berbagai residu atau bahan kimia berbahaya seperti formalin
dan zat pewarna,” katanya di sela-sela acara Rembug Kontak Tani Nelayan
Andalan (KTNA) Nasional di Jombang, Jawa Timur, Sabtu (28/1).
Dijelaskan Arifin, bahan kimia berbahaya seperti formalin dan zat
pewarna tersebut sengaja dicampurkan ke buah. Tujuannya agar buah
menjadi lebih awet dan tetap terlihat segar meski sudah dipanen setengah
tahun lalu.
Padahal endapan logam dan kandungan bahan kimia yang dicampurkan pada
buah impor tersebut sangat berbahaya bagi yang mengkonsumsinya. Karena
konsumsi dalam jangka panjang, bisa mengakibatkan berbagai gangguan
kesehatan. Seperti kelainan autis pada anak dan perilaku hiperaktif.
Diakui buah yang diawetkan dengan formalin penampilannya memang jauh
lebih menarik. Ini terjadi karena bagian kulitnya terlihat kencang dan
segar meski sudah berbulan-bulan dipanen. Buah yang biasanya diberi
formalin seperti jeruk, anggur, dan apel. Sedangkan zat pewarna biasanya
diberikan terhadap pier, mangga, belimbing, pisang, jeruk, dan
semangka. Buah-buah itu antara lain diimpor China, Thailand, Amerika,
New Zealand, dan beberapa negara lainnya.
Arifin Tasrif menambahkan , mudahnya buah impor masuk ke Indonesia tak
terlepas dari sulitnya pengawasan di lapangan. Dengan pintu impor yang
terlalu banyak, baik yang bersifat legal maupun ilegal, membuat buah
impor dengan mudah merangsek masuk ke pasar dalam negeri.
Untuk jalur yang legal (resmi) saja, lanjut Arifin, saat ini tercatat
ada 14 pelabuhan, dimana buah impor bisa masuk dengan bebas. Ini belum
termasuk jalur tidak resmi alias ilegal. Kondisi ini membuat petugas
kesulitan melakukan pengawasan.
BATASI JALUR MASUK
Upaya memperketat masuknya buah dan sayur impor, terhitung 2012 ini,
pemerintah bakal membatasi jalur masuk impor buah dan sayur. Jika semula
ada 14 pelabuhan, maka mulai sekarang, impor buah dan sayuran hanya
bisa masuk melalui 4 jalur resmi yakni 3 pelabuhan dan 1 bandara.
Pelabuhan dan bandara tersebut adalah Pelabuhan Tanjung Perak
(Surabaya), Makasar, Belawan, dan Bandara Soekarno-Hatta.
“Dengan membatasi menjadi 4 pintu masuk diharapkan petugas kami akan
lebih mudah melakukan pengawasan. Bahkan kedepan kami akan membatasi
lagi menjadi hanya satu pintu masuk,” katanya.
Dia mengakui, pengurangan pintu masuk dari 14 menjadi 4 pintu ini sempat
mengundang protes dari sejumlah importir sayur dan buah. Mereka
menuding tindakan pembatasan tersebut bertentangan dengan perjanjian WTO
yang tidak boleh mempersulit masuknya barang dari negara lain.
“Kami tidak melarang masuknya barang dari negara lain. Yang kami lakukan
hanya mengatur pintu masuknya sehingga tidak bertentangan dengan
perjanjian WTO,” kata Arifin.
Malaysia dan negara lainnya hanya menyiapkan satu pelabuhan sebagai
pintu masuk. Bahkan negara-negara Eropa hanya membolehkan buah dan
sayuran impor masuk melalui Pelabuhan Rotterdam, Belanda.
“Negara lain malah sangat ketat untuk meloloskan buah impor masuk.
Contohnya, buah manggis kita sudah sekitar 7 tahun belum bisa masuk ke
Australia karena mereka meminta berbagai persyaratan yang
berbelit-belit,” tambahnya.
ANCAM KESEHATAN
Pembatasan pintu masuk ini, menurut Arifin mestinya dipahami betul oleh
para importir. Karena selain membuat mati petani lokal, buah impor juga
mengancam kesehatan masyarakat Indonesia.
“Penggunaan bahan pengawet utamanya formalin pada buah dan sayuran
seperti wortel sangat berbahaya. Kita wajib melindungi konsumen,”
tegasnya.
Untuk mengenali buah yang mengandung formalin ini, sebenarnya cukup mudah. Misalnya, buah
jeruk berformalin biasanya daging buah dan kulitnya sudah terpisah saat
kita kupas. “Seringkali daging buahnya sudah mengering, karena sudah
terlalu lama disimpan,” pungkas Arifin.
Ketua Bidang Industri Perdagangan dan Koperasi Kontak Tani Nelayan
Andalan (KTNA) Nasional Soryo Bawono membenarkan bahwa Indonesia saat
ini sudah kebanjiran buah dan sayur impor. Kondisi tersebut tidak hanya
mengancam kesehatan masyarakat. Munculnya buah dan sayur impor terutama
di pasar tradisional membuat pendapatan jutaan petani sayur dan buah
Indonesia terjun bebas alias merosot tajam.
sumber :
Produk lokal lebih baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar